Allah Ta’ala, adalah Tuhan, Ia segala-galanya. Kalau bukan karena Allah, segala sesuatunya tidak akan ada. Dialah Yang Maha Mengadakan dan Maha Mentiadakan.
Allah menciptakan apa saja yang ada di dunia dan akhirat, menjadikan alam yang nyata dan alam yang ghaib, kemudian manusia, haiwan, tumbuhan, dan sebagainya. Setiap makhluk yang Allah ciptakan, masing-masing memiliki sistem kehidupan nya sendiri.
Semua hidup mengikuti peraturan nya masing-masing. Sesiapa saja yang tidak hidup dengan peraturan Tuhan, atau menolak sistem Allah pasti binasa, baik jangka pendek maupun panjang. Kemudian setelah itu, setiap makhluk ciptaan Tuhan sebenarnya tidak pernah lepas dari kuasaNya, ilmuNya, penglihatanNya, pendengaranNya, dan seterusnya.
Jadi walaupun sekecil apapun, tiada satu benda di dunia ini yang berada diluar kuasaNya. Semua ada di dalam genggaman Allah Ta’ala. Sama juga dengan usaha yang dilakukan manusia untuk mencapai sesuatu. Usaha manusia tidak terlepas dari kuasa dan kehendak Allah.
Kalau Allah inginkan dia gagal, maka gagal lah dia, meskipun dia telah berusaha sekuat tenaga. Adapun orang yang misalkan Allah inginkan dia sukses tanpa menempuh sebuah usaha, maka hal itu akan terjadi. Karena kehendak Tuhan itu MUTLAK, tiada siapapun dapat menghalangnya.
Sebenarnya, sifat-sifat Maha Berkuasanya Tuhan yang disebutkan tadi, sudah cukup membuat hati kita gentar. Apakah kita tidak takut dengan kuasa Allah, ketika Allah katakan kita miskin, maka kita akan jadi miskin, kalau Allah katakan kita sengsara, maka sengsaralah kita..
Bukankah hal ini cukup menakutkan? Karena ternyata kita tidak punya kuasa apapun ke atas diri kita sendiri. Bahkan misalkan, kalau Allah mau kita tidak dapat menggerakkan sebelah ibu jari kita, hal itu bisa saja terjadi dengan sangat mudahnya. Itulah kehebatan kuasa Allah Ta’ala. Maha Agungnya Tuhan.
Kita sebagai hambaNya, sehebat, sepintar, sekaya apapun diri kita, kita tetap saja hamba Tuhan. Tugas hamba yang sebenarnya ialah mengabdi dengan Tuannya. Bukankah kita telah berjanji bahwa : “hidupku, matiku dan ibadahku hanyalah untuk Allah, Tuhan sekelian alam?” Inilah ikrar yang kita ucapkan 5 kali dalam sehari, dalam solat kita.
Bagaimanakah pertanggung jawaban kita dengan Tuhan? Kemudian, kita sebagai hamba Allah sifat fitrahnya, adalah sangat perlu dengan Tuhan. Bohong kalau seorang manusia itu tidak perlu dengan Tuhan. Tuhan adalah fitrah, hal yang sudah pasti diperlukan oleh manusia.
Bahkan orang yang tidak beribadah kepada Tuhan pun, ketika mereka berada dalam kesusahan yang sudah sangat berat, terdesak, yang mereka ucapkan adalah : Wahai Tuhan, tolong aku! Begitulah fitrah setiap manusia, kita sangat perlu dengan Allah, Tuhan kita.
Semestinya kita perlu dengan Tuhan di dalam setiap keadaan. Ketika sakit, sihat, pandai, bodoh, aman, ramai, di setiap waktu, seharusnya kita sangat perlu dengan Tuhan. Jangan anggap kita boleh hidup sendirian, tanpa manusia lain saja kita tidak sanggup, apalagi dengan Tuhan, hidup pun terasa seperti neraka sebelum neraka di akhirat nanti.
Tapi sayangnya, di akhir zaman ini manusia memerlukan Tuhan secara berkala atau bermusim. Manusia kembali kepada Tuhan ketika dirinya sedang ditimpa kesusahan, penderitaan. Ketika saat-saat seperti itu barulah manusia mengadu pada Tuhan.
Ada lagi yang lebih sombong, ketika sudah ditimpa ujian kesusahan pun, ia merasa tetap tidak perlu dengan Tuhan, ia merasa dengan kekuasaan yang ia miliki dapat menyelesaikan penderitaan atau masalah yang menimpa dirinya.. Nauzubillah min zalik.
Seharusnya, rasa diri kita ini memerlukan Allah adalah setiap masa dan setiap waktu. Tidak pandang tempat, keadaan, waktu apapun juga, kita senantiasa perlu dengan Tuhan, Kita perlukan Allah. Di kala kita susah, tidak ada orang yang mau menolong, hanya Allah lah pembela kita, disaat kita kesepian, tidak ada orang mahu menemani kita.
Allah adalah Kawan Yang Maha Setia, ia tidak perlu istirahat, bahkan ketika tidur, Allah lah yang menjaga kita. Allah adalah Tuhan. Ia adalah segalanya. Yakinlah, ketika kita dapatkan Allah, kita dapat segalanya, kehilangan Tuhan kehilangan segalanya. Ia adalah kebahagiaan abadi dan sejati.
Perkhemahan Sunnah dan Konvokesyen sunnah?
-
Saya rasa, mana nama pihak, sila berhati hati bila nak guna nama “Sunnah”
kerana bimbang berdusta atas nama Nabi, yang mana nerakalah tempat bagi
mereka ...
Sehari yang lalu
Tiada ulasan:
Catat Ulasan